PROSEDUR
MANAJEMEN KELAS
Manajemen kelas merupakan suatu tindakan yang menunjuk kepada
kegiatan-kegiatan yang berusaha menciptakan dan mempertahankan kondisi yang
optimal terjadinya proses kegiatan pembelajaran yang efektif. Tindakan yang
dilakukan guru dalam melakukan kegiatan manajemen kelas perlu dilaksanakan
secara sistematis berdasar atas langkah-langkah yang sudah ditentukan. Apabila
seorang guru melaksanakan kegiatan manajemen kelas dengan atau melalui
langkah-langkah tertentu, berarti guru tersebut sudah melakukan kegiatan
manajemen kelas berdasar prosedur manajemen kelas. Jadi, prosedur manajemen
kelas adalah serangkaian langkah kegiatan manajemen kelas yang dilakukan bagi
terciptanya kondisi optimal serta mempertahankannya supaya proses pembelajaran
dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Serangkaian
langkah-langkah kegiatan menajemen kelas mengacu kepada:
1. Tindakan pencegahan (preventif) dengan tujuan menciptakan kondisi
pembelajaran yang menguntungkan
2. Tindakan korektif yang merupakan tindakan koreksi terhadap tingkah laku
menyimpang yang dapat mengganggu dalam proses pembelajaran yang sedang
berlangsung (M. Entang dan T. Raka Joni, 1983:15; Depdikbud, 1983:99).
Dimensi tindakan
korektif dapat dibagi menjadi dua jenis tindakan yaitu:
1. Tindakan yang seharusnya segera diambil oleh guru pada saat terjadi
gangguan terhadap kondisi optimal pembelajaran.
2. Tindakan kuratif yaitu, tindakan terhadap tingkah laku yang menyimpang dan
yang telah terlanjur terjadi agar penyimpangan tersebut tidak berlarut-larut.
Mengacu kepada dua tindakan dalam kegiatan manajemen kelas yaitu tindakan
pencegahan (prefentif), dan tindakan penyembuhan (kuratif), maka tindakan
manajemen kelas juga dapat menjurus kepada tindakan manajemen dimensi pencegahan
dan prosedur dimensi penyembuhan.
a.
Dimensi Pencegahan
Dimensi pencegahan (prefentif), merupakan tindakan
guru dalam mengatur peserta didik dan peralatan serta format pembelajaran yang
tepat sehingga menumbuhkan kondisi yang menguntungkan bagi berlangsungnya
proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Dengan demikian, maka prosedur
pencegahannya merupakan langkah-langkah yang harus diambil oleh guru dalam
rangka mengatur peserta didik dan format pembelajaran yang tepat yang mendukung
berlangsungnya proses pembelajaran. Jadi, prosedur dalam dimensi pencegahan
adalah berupa langkah-langkah yang harus direncanakan guru untuk menciptakan
suatu struktur kondisi yang fleksibel baik untuk jangka pendek maupun jangka
panjang. Prosedur tindakan pencegahan ini diarahkan pada pelayanan perkembangan
tuntutan dan kebutuhan peserta didik secara individuan maupun kelompok yang
dapat berupa kegiatan, contoh-contoh berupa informasi.
b.
Dimensi
Kuratif
Dimensi kuratif merupakan tindakan terhadap tingkah
laku yang menyimpang yang sudah terlanjur terjadi agar penyimpangan itu tidak
berlarut-larut. Dalam hal ini guru berusaha untuk menumbuhkan kesadran akan
penyimpangan yang dibuat dan akhirnya akan menimbulkan kesadaran dan tanggung
jawab untuk memperbaiki diri melalui kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan
dapat dipertanggung jawabkan.
Memperhatikan dua dimensi tindakan dalam manajemen kelas, amak prosedur
atau langkah-langkah manajemen pun bertumpu pada prosedur dimensi pencegahan
dan prosedur dimensi penyembuhan.
1. Prosedur Dimensi
Pencegahan
Tindakan pencegahan adalah tindakan yang dilakukan sebelum munculnya
tingkah laku yang menyimpang yang mengganggu kondisi optimal berlangsungya
pembelajaran. Keberhasilan dalam tindakan pencegahan merupakan salah satu
indikator keberhasilan manajemen kelas. Konsekuensinya adalah guru dalam
menentukan langkah-langkah dalam rangka manajemen kelas harus merupakan langkah
yang efektif dan efisien untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
Adapun langkah-langkah pencegahannya sebagai berikut:
1.
Peningkatan
kesadaran diri sebagai guru
Langkah peningkatan kesadaran diri sebagai guru
merupakan langkah yang strategis dan mendasar, karena dengan dimilikinya
kesadaran ini akan meningkatkan rasa tanggung jawab dan rasa memiliki yang
merupakan modal dasar bagi guru dalam melaksanakan tugasnya. Implikasi adanya
kesadaran diri sebagai guru akan tampak pada sikap guru yang demokratis, sikap
yang stabil, kepribadian yang harmonis dan berwibawa. Penampakan sikap seperti
itu akan menumbuhkan respon dan tanggapan positif dari para peserta didik.
2.
Peningkatan kesadaran peserta didik
Interaksi positif antara guru dan peserta didik dalam
proses pembelajaran terjadi apabila dua kesadaran, kesadaran guru dan peserta
didik bertemu. Kurangnya kesadaran peserta didik akan menumbuhkan sikap suka
marah, mudah tersinggung, yang pada gilirannya memungkinkan peserta didik
melakukan tindakan-tindakan yang kurang terpuji yang dapat mengganggu kondisi
optimal dalam rangka pembelajaran.
Untuk meningkatkan kesadaran peserta didik, maka
kepada mereka perlu dilaksanakan hal-hal berikut:
-
Memberitahukan hak dan kewajiban sebagai
peserta didik
-
Memperhatikan kebutuhan, keinginan, dan
dorongan peserta didik
-
Menciptakan suasana saling pengertian,
saling menghormati dan rasa keterbukaan antara guru dan para peserta didik
3. Sikap polos dan tulus dari guru
Peran guru sangat besar dan berpengaruh dalam
menciptakan kondisi optimal proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru
hendaknya bersikap polos dan tulus terhadap para peserta didik. Sikap ini
mengandung makna bahwa guru dalam segala tindakannya tidak boleh berpura-pura
bersikap dan bertindak apa adanya. Sikap dan tingkah laku seperti ini sangat
membantu dalam memanajemeni kelas. Guru dengan sikap dan kepribadiannya sangat
mempengaruhi lingkungan belajar, karena tingkah laku, cara menyikapi, dan
tindakan guru merupakan stimulus yang akan direspon atau diberikan reaksi oleh
para peserta didik. Kalau stimulasi itu positif maka respon atau reaksinya juga
positif. Sebaliknya kalau stimulasi itu negatif maka respon atau reaksi
yang akan muncul adalah negatif. Sikap hangat, terbuka, mau mendengarkan
harapan dan atau keluhan para siswa, akrab dengan guru akan membuka kemungkinan
terjadinya interaksi dan komunikasi wajar antara guru dan peserta didik.
4. Mengenal dan menemukan alternatif
pengelolaan
Untuk mengenal dan menemukan alternatif pengelolaan,
langkah ini menuntut guru:
-
Melakukan identifikasi berbagai
penyimpangan tingkah laku peserta didik yang sifatnya individual maupun
kelompok. Pentimpangan perilaku peserta didik baik individual maupun kelompok
tersebut termasuk penyimpangan yang sengaja dilakukan peserta didik yang hanya
sekedar untuk menarik perrhatian guru atau teman-temannya.
-
Mengenal berbagai pendekatan dalam
manajemen kelas. Guru hendaknya berusaha menggunakan pendekatan manajemen kelas
yang dianggap tepat untuk mengatasi suatu situasi atau menggantinya dengan
pendekatan yang dipilihnya.
-
Mempelajari pengalaman guru-guru lainnya
yang gagal atau berhasil sehingga dirinya memiliki alternatif yang bervariasi
dalam menangani berbagai problema manajemen kelas.
5. Menciptakan kontrak sosial
Penciptaan kontrak sosial pada dasarnya berkaitan
dengan “standar tingkah laku” yang diharapkan seraya memberi gambaran tentang
fasilitas beserta keterbatasannya dalam memenuhi kebutuhan peserta didik.
Pemenuhan kebutuhan tersebut sifatnya individual maupun kelompok dan memenuhi
tuntutan dan kebutuhan sekolah. Standar tingkah laku ini dibentuk melalui
kontrak sosial antara sekolah/guru dan peserta didik. Norma atau nilai yang
turunnya dari atas dan tidak dari bawah, jadi sepihak, maka akan terjadi bahwa
norma itu kurang dihormati atau ditaati. Oleh sebab itu, dalam rangka
memanajemeni kelas norma berupa kontrak sosial (daftar aturan=tata tertib)
dengan sangsinya yang mengatur kehidupan dalam kelas, perumusannya harus
dibicarakan atau disetujui oleh guru dan peserta didik. Kebiasaan yang terjadi
dewasa ini bahwa aturan-aturan sebagai standar tingkah laku berasal dari atas
(sekolah/guru). Para peserta didik dalam hal ini hanya menerima saja apa yang
ada. Mereka tidak memiliki pilihan lain untuk menolaknya. Konsekuensi terhadap
kondisi demikian akan memungkinkan timbulnya persoalan-persoalan dalam
manajemen kelas karena para peserta didik tidak merasa turut membuat serta
memiliki peraturan sekolah yang sudah ada tersebut.
2.
Prosedur Dimensi Penyembuhan
Pada dasarnya langkah-langkah
prosedur dimensi penyembuhan adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi masalah
Guru pada langkah ini melakukan kegiatan untuk mengenal atau mengetahui
masalah-masalah manajemen kelas yang timbul dalam kelas. Berdasar masalah
tersebut guru mengidentifikasikan jenis-jenis penyimpangan sekaligus mengetahui
latar belakang yang membuat peserta didik melakukan penyimpangan tersebut.
2. Menganalisis masalah
Guru pada langkah ini berusaha menganalisis penyimpangan peserta didik dan
menyimpulkan latar belakang dan sumber-sumber dari penyimpangan itu. Setelah
diketemukan hal-hal yang berkaitan dengan penyimpangan tersebut guru kemudian
melanjutkan usahanya yaitu menentukan alternatif-alternatif penanggulangan atau
penyembuhan penyimpangan itu.
3. Menilai alternatif-alternatif pemecahan
Guru pada langkah ini adalah menilai dan memilih alternatif pemecahan
masalah berdasar sejumlah alternatif yang telah tersusun. Memilih dalam arti
menentukan alternatif mana yang paling tepat untuk menanggulangi penyimpangan
peserta didik tersebut. Sesudah terpilih alternatif pemecahan yang dianggap
tepat, selanjutnya guru melaksanakan alternatif pemecahan itu.
4. Mendapatkan balikan
Guru pada langkah ini yang didahului dengan langkah monitoring, melakukan
kegiatan kilas balik. Kegiatan kilas balik ini dimaksudkan untuk menilai
keampuhan pelaksanaan dari alternatif pemecahan yang dipilih untuk mencapai
sasaran yang sesuai dengan yang direncanakan. Kegiatan kilas balik dapat
dilaksanakan dengan mengadakan pertemuan dengan para peserta didik. Dalam
pertemuan tersebut perlu dijelaskan maksud dan manfaat pertemuan. Maksud
pertemuan perlu dijelaskan oleh guru sehingga peserta didik mengetahui serta
menyadari bahwa pertemuan diusahakan dengan penuh ketulusan, semata-mata untuk
perbaikan, baik untuk peserta didik maupun sekolah. Manfaat pertemuan juga
perlu dijelaskan karena dengan mengetahui kemanfaatan pertemuan tersebut para
peserta didik akan mengikuti pertemuan itu dengan baik. Selain itu, perlu
disikapi pengendalian perilaku guru dalam pertemuan tersebut. Tunjukan kepada
para peserta didik bahwa guru bukanlah orang sempurna atau tidak bebas dari
kekurangan dan kelemahan. Sehingga antara guru dan peserta didik diperroleh
kesadaran untuk bersama-sama belajar saling memperbaiki dan saling
mengingatkan, yang semuanya itu untuk kepentingan bersama. Informasi yang
diperoleh dari balikan ini merupakan bahan yang sangat berguna untuk menilai
program, dan akhirnya merupakan dasar melakukan perbaikan program.
0 komentar:
Posting Komentar