Minggu, 12 Januari 2014

PROSEDUR MANAJEMEN KELAS

Manajemen kelas merupakan suatu tindakan yang menunjuk kepada kegiatan-kegiatan yang berusaha menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal terjadinya proses kegiatan pembelajaran yang efektif. Tindakan yang dilakukan guru dalam melakukan kegiatan manajemen kelas perlu dilaksanakan secara sistematis berdasar atas langkah-langkah yang sudah ditentukan. Apabila seorang guru melaksanakan kegiatan manajemen kelas dengan atau melalui langkah-langkah tertentu, berarti guru tersebut sudah melakukan kegiatan manajemen kelas berdasar prosedur manajemen kelas. Jadi, prosedur manajemen kelas adalah serangkaian langkah kegiatan manajemen kelas yang dilakukan bagi terciptanya kondisi optimal serta mempertahankannya supaya proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Serangkaian langkah-langkah kegiatan menajemen kelas mengacu kepada:
1. Tindakan pencegahan (preventif) dengan tujuan menciptakan kondisi pembelajaran yang menguntungkan
2.      Tindakan korektif yang merupakan tindakan koreksi terhadap tingkah laku menyimpang yang dapat mengganggu dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung (M. Entang dan T. Raka Joni, 1983:15; Depdikbud, 1983:99).
Dimensi tindakan korektif dapat dibagi menjadi dua jenis tindakan yaitu:
1.      Tindakan yang seharusnya segera diambil oleh guru pada saat terjadi gangguan terhadap kondisi optimal pembelajaran.
2.      Tindakan kuratif yaitu, tindakan terhadap tingkah laku yang menyimpang dan yang telah terlanjur terjadi agar penyimpangan tersebut tidak berlarut-larut.

Mengacu kepada dua tindakan dalam kegiatan manajemen kelas yaitu tindakan pencegahan (prefentif), dan tindakan penyembuhan (kuratif), maka tindakan manajemen kelas juga dapat menjurus kepada tindakan manajemen dimensi pencegahan dan prosedur dimensi penyembuhan.

a.    Dimensi Pencegahan
Dimensi pencegahan (prefentif), merupakan tindakan guru dalam mengatur peserta didik dan peralatan serta format pembelajaran yang tepat sehingga menumbuhkan kondisi yang menguntungkan bagi berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Dengan demikian, maka prosedur pencegahannya merupakan langkah-langkah yang harus diambil oleh guru dalam rangka mengatur peserta didik dan format pembelajaran yang tepat yang mendukung berlangsungnya proses pembelajaran. Jadi, prosedur dalam dimensi pencegahan adalah berupa langkah-langkah yang harus direncanakan guru untuk menciptakan suatu struktur kondisi yang fleksibel baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Prosedur tindakan pencegahan ini diarahkan pada pelayanan perkembangan tuntutan dan kebutuhan peserta didik secara individuan maupun kelompok yang dapat berupa kegiatan, contoh-contoh berupa informasi.

b.    Dimensi Kuratif
Dimensi kuratif merupakan tindakan terhadap tingkah laku yang menyimpang yang sudah terlanjur terjadi agar penyimpangan itu tidak berlarut-larut. Dalam hal ini guru berusaha untuk menumbuhkan kesadran akan penyimpangan yang dibuat dan akhirnya akan menimbulkan kesadaran dan tanggung jawab untuk memperbaiki diri melalui kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan dapat dipertanggung jawabkan.
Memperhatikan dua dimensi tindakan dalam manajemen kelas, amak prosedur atau langkah-langkah manajemen pun bertumpu pada prosedur dimensi pencegahan dan prosedur dimensi penyembuhan.

1.       Prosedur Dimensi Pencegahan
Tindakan pencegahan adalah tindakan yang dilakukan sebelum munculnya tingkah laku yang menyimpang yang mengganggu kondisi optimal berlangsungya pembelajaran. Keberhasilan dalam tindakan pencegahan merupakan salah satu indikator keberhasilan manajemen kelas. Konsekuensinya adalah guru dalam menentukan langkah-langkah dalam rangka manajemen kelas harus merupakan langkah yang efektif dan efisien untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
Adapun langkah-langkah pencegahannya sebagai berikut:

1.      Peningkatan kesadaran diri sebagai guru
Langkah peningkatan kesadaran diri sebagai guru merupakan langkah yang strategis dan mendasar, karena dengan dimilikinya kesadaran ini akan meningkatkan rasa tanggung jawab dan rasa memiliki yang merupakan modal dasar bagi guru dalam melaksanakan tugasnya. Implikasi adanya kesadaran diri sebagai guru akan tampak pada sikap guru yang demokratis, sikap yang stabil, kepribadian yang harmonis dan berwibawa. Penampakan sikap seperti itu akan menumbuhkan respon dan tanggapan positif dari para peserta didik.

2.      Peningkatan kesadaran peserta didik
Interaksi positif antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran terjadi apabila dua kesadaran, kesadaran guru dan peserta didik bertemu. Kurangnya kesadaran peserta didik akan menumbuhkan sikap suka marah, mudah tersinggung, yang pada gilirannya memungkinkan peserta didik melakukan tindakan-tindakan yang kurang terpuji yang dapat mengganggu kondisi optimal dalam rangka pembelajaran.
Untuk meningkatkan kesadaran peserta didik, maka kepada mereka perlu dilaksanakan hal-hal berikut:
-          Memberitahukan hak dan kewajiban sebagai peserta didik
-          Memperhatikan kebutuhan, keinginan, dan dorongan peserta didik
-          Menciptakan suasana saling pengertian, saling menghormati dan rasa keterbukaan antara guru dan para peserta didik

3.      Sikap polos dan tulus dari guru
Peran guru sangat besar dan berpengaruh dalam menciptakan kondisi optimal proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru hendaknya bersikap polos dan tulus terhadap para peserta didik. Sikap ini mengandung makna bahwa guru dalam segala tindakannya tidak boleh berpura-pura bersikap dan bertindak apa adanya. Sikap dan tingkah laku seperti ini sangat membantu dalam memanajemeni kelas. Guru dengan sikap dan kepribadiannya sangat mempengaruhi lingkungan belajar, karena tingkah laku, cara menyikapi, dan tindakan guru merupakan stimulus yang akan direspon atau diberikan reaksi oleh para peserta didik. Kalau stimulasi itu positif maka respon atau reaksinya juga positif.  Sebaliknya kalau stimulasi itu negatif maka respon atau reaksi yang akan muncul adalah negatif. Sikap hangat, terbuka, mau mendengarkan harapan dan atau keluhan para siswa, akrab dengan guru akan membuka kemungkinan terjadinya interaksi dan komunikasi wajar antara guru dan peserta didik.

4.      Mengenal dan menemukan alternatif pengelolaan
Untuk mengenal dan menemukan alternatif pengelolaan, langkah ini menuntut guru:
-          Melakukan identifikasi berbagai penyimpangan tingkah laku peserta didik yang sifatnya individual maupun kelompok. Pentimpangan perilaku peserta didik baik individual maupun kelompok tersebut termasuk penyimpangan yang sengaja dilakukan peserta didik yang hanya sekedar untuk menarik perrhatian guru atau teman-temannya.
-          Mengenal berbagai pendekatan dalam manajemen kelas. Guru hendaknya berusaha menggunakan pendekatan manajemen kelas yang dianggap tepat untuk mengatasi suatu situasi atau menggantinya dengan pendekatan yang dipilihnya.
-          Mempelajari pengalaman guru-guru lainnya yang gagal atau berhasil sehingga dirinya memiliki alternatif yang bervariasi dalam menangani berbagai problema manajemen kelas.

5.      Menciptakan kontrak sosial
Penciptaan kontrak sosial pada dasarnya berkaitan dengan “standar tingkah laku” yang diharapkan seraya memberi gambaran tentang fasilitas beserta keterbatasannya dalam memenuhi kebutuhan peserta didik. Pemenuhan kebutuhan tersebut sifatnya individual maupun kelompok dan memenuhi tuntutan dan kebutuhan sekolah. Standar tingkah laku ini dibentuk melalui kontrak sosial antara sekolah/guru dan peserta didik. Norma atau nilai yang turunnya dari atas dan tidak dari bawah, jadi sepihak, maka akan terjadi bahwa norma itu kurang dihormati atau ditaati. Oleh sebab itu, dalam rangka memanajemeni kelas norma berupa kontrak sosial (daftar aturan=tata tertib) dengan sangsinya yang mengatur kehidupan dalam kelas, perumusannya harus dibicarakan atau disetujui oleh guru dan peserta didik. Kebiasaan yang terjadi dewasa ini bahwa aturan-aturan sebagai standar tingkah laku berasal dari atas (sekolah/guru). Para peserta didik dalam hal ini hanya menerima saja apa yang ada. Mereka tidak memiliki pilihan lain untuk menolaknya. Konsekuensi terhadap kondisi demikian akan memungkinkan timbulnya persoalan-persoalan dalam manajemen kelas karena para peserta didik tidak merasa turut membuat serta memiliki peraturan sekolah yang sudah ada tersebut.

2.      Prosedur Dimensi Penyembuhan
Pada dasarnya langkah-langkah prosedur dimensi penyembuhan adalah sebagai berikut:

1.       Mengidentifikasi masalah
Guru pada langkah ini melakukan kegiatan untuk mengenal atau mengetahui masalah-masalah manajemen kelas yang timbul dalam kelas. Berdasar masalah tersebut guru mengidentifikasikan jenis-jenis penyimpangan sekaligus mengetahui latar belakang yang membuat peserta didik melakukan penyimpangan tersebut.

2.      Menganalisis masalah
Guru pada langkah ini berusaha menganalisis penyimpangan peserta didik dan menyimpulkan latar belakang dan sumber-sumber dari penyimpangan itu. Setelah diketemukan hal-hal yang berkaitan dengan penyimpangan tersebut guru kemudian melanjutkan usahanya yaitu menentukan alternatif-alternatif penanggulangan atau penyembuhan penyimpangan itu.

3.      Menilai alternatif-alternatif pemecahan
Guru pada langkah ini adalah menilai dan memilih alternatif pemecahan masalah berdasar sejumlah alternatif yang telah tersusun. Memilih dalam arti menentukan alternatif mana yang paling tepat untuk menanggulangi penyimpangan peserta didik tersebut. Sesudah terpilih alternatif pemecahan yang dianggap tepat, selanjutnya guru melaksanakan alternatif pemecahan itu.

4.      Mendapatkan balikan
Guru pada langkah ini yang didahului dengan langkah monitoring, melakukan kegiatan kilas balik. Kegiatan kilas balik ini dimaksudkan untuk menilai keampuhan pelaksanaan dari alternatif pemecahan yang dipilih untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan yang direncanakan. Kegiatan kilas balik dapat dilaksanakan dengan mengadakan pertemuan dengan para peserta didik. Dalam pertemuan tersebut perlu dijelaskan maksud dan manfaat pertemuan. Maksud pertemuan perlu dijelaskan oleh guru sehingga peserta didik mengetahui serta menyadari bahwa pertemuan diusahakan dengan penuh ketulusan, semata-mata untuk perbaikan, baik untuk peserta didik maupun sekolah. Manfaat pertemuan juga perlu dijelaskan karena dengan mengetahui kemanfaatan pertemuan tersebut para peserta didik akan mengikuti pertemuan itu dengan baik. Selain itu, perlu disikapi pengendalian perilaku guru dalam pertemuan tersebut. Tunjukan kepada para peserta didik bahwa guru bukanlah orang sempurna atau tidak bebas dari kekurangan dan kelemahan. Sehingga antara guru dan peserta didik diperroleh kesadaran untuk bersama-sama belajar saling memperbaiki dan saling mengingatkan, yang semuanya itu untuk kepentingan bersama. Informasi yang diperoleh dari balikan ini merupakan bahan yang sangat berguna untuk menilai program, dan akhirnya merupakan dasar melakukan perbaikan program.